Selamat datang di blog Yudi Friansyah, Semoga blog ini dapat bermanfaat untuk rekan semua

Jumat, 12 Agustus 2011

Perkembangan telur ayam dan penetasanya

Posted by rafly 04.23, under | No comments

Pernahkah anda berpikir bagaimana telur diciptakan dan bagaimana perkembanganya sehingga menjadi seekor anak ayam yang lucu n imoet he he.. pengen tahu????? mari kita tengok perkembanganya...

Hari ke-1
Sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaan untuk system pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. Pada jam-jam berikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai juga terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf, formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata. Para penetas yang sudah berpengalaman akan mampu membedakan telur fertile dan telur tidak fertile dihari ke-1 ini.

Hari ke-2
Embrio mulai bergeser ke sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur. Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke -48 secara berurutan adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk dan jantung mulai berdetak, jaringan pendengaran mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan.

Hari ke-3
Dimulainya pembentukan formasi hidung , sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya sudah terlihat jelas mana telur yang berembrio dan mana telur yang kosong atau embrio mati.

Hari ke-4
Sel permulaan untuk lidah mulai terbentuk. Pada masa ini embrio terpisah seluruhnya dari kuning telur dan berputar ke kiri. Sementara itu jaringan saluran pernafasan terlihat mulai menembus selaput cairan.

Hari ke-5
Saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentuk pula jaringan reproduksi. Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jenis kelaminnya. Penetas yang berpengalaman akan memanfaatkan hari ini untuk pemisahan telur sesuai jenis kelamin terutama pada burung puyuh dan itik.

Hari ke-6
Pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu, embrio mulai melakukan gerakan-gerakan.

Hari ke-7, ke-8, dank e-9
Jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka.

Hari ke-10 dan ke-11
Paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, dan pori-pori kulit tubuh mulai tampak.

Hari ke-12
Jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul.

Hari ke-13 dan ke-14
Sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu. Pada hari ke-14 embrio berputar sehingga kepalanya tepat berada di bagian telur yang tumpul.

Hari ke-15
Jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio.

Hari ke-16 dan ke-17
Sisik kaki, kuku dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi oleh bulu yang tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat penting bagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah ke rongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untuk bernapas.

Hari ke-18 dan ke-19
Pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masuk ke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio sudah semakin besar sehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara. Makanya ketika peneropongan telur dilakukan akan terlihat gelap sepenuhnya kecuali kantung udara.

Hari ke-20
Kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernapas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernapasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna. Ketika waktu peneropongan kita dapatkan kantung udara yang juga gelap maka dapat dipastikan bahwa embrio tersebut telah mati.

Hari ke-21
Anak ayam menembus lapisan kulit telur (pipping) dan pada akhirnya menetas.
Seluruh kegiatan di atas (candling)dapat kita lakukan dengan bantuan alat peneropong telur . Prinsip kerja alat ini adalah memanfaatkan pantulah cahaya dari lampu untuk mengetahui isi telur.

Pendukung Penetasan Telur
Mesin tetas (inkubator) merupakan alat pokok dalam penetasan telur. Kesalahan dalam menyiapkan mesin tetas ini dapat berakibat gagalnya penetasan telur. Kegagalan akibat dari kondisi alat ini dapat mencapai lebih dari 50%. Untuk itu, mesin tetas harus disiapkan dengan sebaik-baiknya agar penetasan telur berlangsung dengan baik.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal alat penetasan telur ini adalah dengan memperhatikan suhu dan kelembapan ruang dalam mesin penetasan. Selain itu, keadaan ventilasi udarapun perlu dicermati. Bila salah satunya saja tidak berfungsi dengan baik maka penetasan akan gagal.

Suhu Ruang Penetasan
Suhu di dalam ruang penetasan sangat menentukan keberhasilan penetasan telur. Bila suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah dari suhu rieal maka dikhawatirkan akan menimbulkan kemarian embrio.Untuk itu, suhu ruang penetasanh arus mencapai ideal.

Mesin tetas yang ada saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu mesin berkipas angin (forced air) dan mesin tanpa kipas angin (still air). Suhu kedua jenis mesin ini berbeda. Tabel 2 memberikan gambaran mengenai suhu ideal ruang mesin tetas yang diperlukan dalam penetasan telur ayam berdasarkan kedua jenis mesin tetas.

Dalam pengoperasian mesin tetas, suhu tersebut harus stabil dan perlu dilakukan pengontrolan reratur. Pengontrolan suhu dapat dilakukan dengan melihat termometer di dalam mesin tetas melalui jendela kaca pada mesin atau saat pemutaran telur. Agar diperoleh suhu yang stabil sebaiknya mesin tetas dilengkapi dengan termostat sebagai alat pengonrol suhu.
Selama pelaksanaan penetasan rclur ayam dapat terjadi suhu penerasan maupun suhu

pengeraman terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pengeraman merupakan proses yang terjadi pada telur hingga hari ke-18, sedangkan penetasan merupakan proses setelah hari ke’18. Berikut beberapa kemungkinan ketidakstabilan suhu saat melakukan penetasan telur ayam dan cara mengatasinya.

a. Suhu pengeraman terlalu tinggi
Suhu pengeraman yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya kematian embrio pada hari ke 2 hingga ke 4 dan pada minggu kedua yang tinggi. Bila embrio ayam dapat tumbuh sempurna, seringkali paruhnya tidak berada dalam kantung udara dan kondisi anak ayam yang menetas akan kurang baik seperti mata tertutup. Untuk mengatasi suhu pengeraman yang terlalu dnggi ini dapat dilakukan dengan cara memutar sekrup pengatur termostat ke arah kanan (searah jarum jam) sehingga bohlam mati. Pemutarani ni hanya secukupnya saja hingga tercapai suhu yang diinginkan suhu yang diinginkan ini dapat dilihat pada termometer yang ada dalam mesin tetas.

b. Suhu penetasan terlalu tinggi
Suhu penetasan yang terlalu tinggi menyebabkan telur menetas terlalu awal karena embrio terlalu dini meretakkan (pipping) kerabang telur. Selain itu, anak ayam yang menetas pun bulunya pendek. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan seperti pada cara mengatasi bila suhu pengeraman terlalu tinggi.

c. Suhu pengeraman terlalu rendah
Suhu pengeraman yang terlalu rendah dapat menyebabkan kematian embrio pada hari ke-2 hingga ke-4 dan minggu kedua menjadi tinggi. Selain itu, anak ayam akan terlambat menetas. Saat menetas pun anak ayam akan mengalami pusar yang basah dan tidak menutup dengan baik. Untuk mengatasi suhu ruang pengeraman yang terlalu rendah ini dapat dengan memutar sekrup pengatur termostat ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) hingga bohlam menyala dan suhu yang dikehendaki tercapai. Bila menggunakan lampu teplok, pengaturan dapat dilakukan pada pengatur sumbu lampu teplok, yaitu ke arah kanan hingga nyala lampu menjadi lebih besar.

d. Suhu penetasan terlalu rendah
Suhu penetasan yang terlalu rendah menyebabkan kecenderungan terlambatnya telur menetas. Kondisi anak ayam yang menetas pun akan kurang baik seperti tubuh lembek dan jari-jari kaki bengkok. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan seperti pada cara mengatasi bila suhu pengeraman terlalu rendah.

Kelembapan Ruang Penetasan
Agar embrio dapat berkembang dengan baik dan menetas hingga menghasilkan anak ayam normal, air di dalam telurnya harus menguap dengan laju penguapan yang tetap. Akibat penguapan tersebut kantung udara di dalam telur akan membesar. Untuk mencapai kondisi itu, mesin harus dilengkapi bak air yang berfungsi untuk menampung air sebagai sumber kelembapan dalam mesin tetas.

Kelembaban ideal yang diperlukan dalam peneasan telur ayam adalah hari ke-1 hingga ke-18 sebesar 55-60%, sedangkan hari ke-19 hingga ke-21 sebesar 70%. Cara mengukur kelembapan dalamruang penetasan dapat dengan menggunakari higrometer. Namun demikian, pada mesin tetas sederhana tidak selalu dilengkapi dengan alat ini. Sebagai patokan hanyalah dengan cara mengisi air sebanyak dua pertiga bagian bak air. cara ini sudah cukup untuk mencapai kondisi kelembapan yang diinginkan. Sebagaimana dengan suhu, kelembapan ruang penetasan dapat menjadi tinggi atau rendah, baik pada saat periode penerasan maupun pengeraman Berikut beberapa kemungkinan adanya ketidak stabilan, kelembapan saat melakukan penetasan telur ayam dan cara mengatasinya.

a. Kelembapan pengeraman terlalu tinggi
Kelembapan yang terlalu tinggi dalam ruang mesin tetas selama periode pengeraman dapat menyebabkan embrio terlalu dini meretakkan (pipping) kerabang telur, anak ayam menetas terlalu dini, serta kondisi anak ayam kurang baik seperti tidak dapat berdiri.
Untuk mengatasi kelembapan pengeraman yang terlalu tinggi, sebaiknya bak air dalam ruang penerasan hanya diisi dengan air sebanyak seperdua bagian bak air. selain itu, sirkulasi udara dalam mesin tetas diusahakan lancar dengan cara membuka ventilasinya.

b. Kelembapan penetasan terlalu tinggi
Kelembapan yang terlalu tinggi dalam ruang mesin reras selama periode penetasan menyebabkan laju penguapan air tidak lancar karena terhambat. Embrio seolah-olah tergantung dalam air. Anak ayam yang menetas akan lengket pada kerabang telur dan lembek. Untuk mengatasi kelembapan penetasan yang terlalu tinggi ini dapat dilakukan seperti kalau kelembapan pengeramannya terlalu tinggi.

c. Kelembapan pengeraman terlalu rendah
Kelembapan yang terlalu rendah dalam ruang mesin retas selama periode pengeraman menyebabkan telur akan terlambat menetas. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya bak air diisi sebanyak dua pertiga bagiannya dan diberi kain lap. Dengan pemberian kain lap ini maka kelembapan akan meningkat.

d. Kelembapan penetasan terlalu rendah
Kelembapan yang terlalu rendah dalam ruang mesin reras selama periode penetasan menyebabkan laju penguapan air terlalu cepar sehingga embrio kekurangan air. Anak ayam yang menetas akan kekeringan dan dengan mara rertutup. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan seperti kalau kelembapan pengeraman terlalu rendah. Selain itu, pembukaan pintu mesin tetas dikurangi atau jangan terlalu lama. Untuk itu pembalikan telurnya hanya dilakukan tiga kali sehari.

0 komentar:

Posting Komentar